Judul buku : Ilmu Bahasa Indonesia Sintaksis
Pengarang : Prof. Drs. M. Ramlan
Tahun Penerbit : 1986
Penerbit : CV. Karyono- Yogyakarta
Cetakan : 4
Tebal Buku : 172 halaman
Garis Besar Buku : Sintaksis
SINTAKSIS
1. Pendahuluan
Istilah sintaksis berasal dari bahasa Belanda yaitu syntaxis. Dalam bahasa inggris digunakan istilah syntax. Sintaksis ialah bagian atau cabang dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk wacana, kalimat, klausa dan frase, berbeda dengan morfologi yang membicarakan seluk-beluk kata dan morfem.
2. Kalimat
Kalimat ada yang terdiri dari satu kata, misalnya Ah!, ada yang terdiri dari dua kata, misalnya itu baju, dan ada yang terdiri dari tiga, empat kata dan seterusnya. Sebenarnya yang menentukan satuan kalimat bukan banyaknya kata yang menjadi unsurnya, melainkan intonasinya. Setiap satuan kalimat dibatasi oleh adanya jeda panjangnya yang disertai nada akhir turun atau naik.
Contoh: sampai saat ini ani juga belum datang, padahal dia sudah janji untuk datang ke rumah aku untuk membuat tugas dari sekolah, tidak tau kenapa sampai saat ini dia juga belum datang, teman yang lain sudah pada gelisah menunggunya, takut terjadi sesuatu kepadanya.
Dari contoh kalimat di atas jelas bahwa yang dimaksud dengan istilah kalimat di sini ialah satuan gramatik yang dibatasi oleh adanya jeda panjang yang disertai nada akhir turun atau naik.
-Kalimat berklausa adalah kalimat yang di samping unsur intonasi, yang terdiri dari satuan yang berupa klausa. Dalam tulisan ini klausa dijelaskan sebagai satuan gramatik yang terdiri dari P, disertai S, O, PEL dan KET atau tidak. Dengan ringkas klausa ialah (S) P (O) (PEL) (KET). Tanda kurung menandakan bahwa apa yang terletak dalam kurung itu bersifat manasuka, maksudnya boleh ada, boleh tidak.
Contoh : Bapak Gubernur besok pagi akan ke Jakarta, yang terdiri dari S ialah bapak Gubernur, ket ialah besok pagi dan P, ialah akan ke Jakarta.
-Kalimat tak berklausa ilah kalimat yang di samping unsur intonasinya tidak terdiri dari klausa, misalnya: Astaga!, Selamat malam!
Kalimat dapat digolongkan menjadi 3 golongan
a. Kalimat Berita, dalam kalimat berita tidak terdapat kata-kata tanya seperti apa, siapa, dimana, mengapa, kata-kata ajakan serta kata larangan.
Contoh: jalan itu gelap
b. Kalimat Tanya, kalimat tanya pada umumnya berfungsi untuk menanyakan sesuatu, apa, siapa, kenapa, bagaimana, mengapa.
Contoh: Apa yang dibawa petani itu?
c. Kalimat Suruh, berdasrkan fungsinya dalam hubungan situasi, kalimat suruh mengharapkan tanggapan yang berupa tindakan dari orang yang diajak berbicara. Kalimat suruh dibagi menjadi 4 yaitu
1). Kalimat suruh yang sebenarnya, ditandai oleh pola intonasi suruh.
Contoh: duduk !
Beristirahatlah !
2). Kalimat Persilahkan, ditandai juga oleh penambahan kata silahkan atau persilahkan yang diletakkan di awal kalimat. S kalimat boleh digunakan boleh juga tidak.
Contoh: Silahkan Bapak duduk di sini
3). Kalimat Ajakan, kalimat ini ditandai dengan kata-kata ajakan, mari dan ayo.
Contoh: Mari kita berangkat sekarang.
4). Kalimat Larangan, ditandai oleh adanya kata jangan di awal kalimat. Partikel lah juga bisa ditambahkan pada kata tersebut untuk memperhalus larangan.
Contoh: Jaganlah kamu berangkat sendiri !
3. Klausa
Sebelumnya sudah pernah dijelasakan bahwa setiap kalimat terdiri dari unsur. Unsur yang pertama berupa intonasi, dan yang kedua sebagian besar berupa klausa, tetapi ada juga berupa bukan klausa. Sebenarnya unsur inti klausa ialah S dan P. Namun demikian, S sering juga dibuangkan, misalnya dalam kalimat luas sebagai akibat penggabungan klausa, dan dalam kalimat jawaban.
Contoh: Karmila menangis menghadap ke tembok
a. Analisis klausa berdasarkan fungsi unsur-unsurnya
1). S dan P
Contoh: Badannya sangat lemah, unsur badanya merupakan S klausa dan unsur sangat lemah merupakan P-nya.
2). O dan Pel
Contoh: Tokohnya menjual obat-obatan, unsur obat-obatan merupakan O
3). Ket
Unsur klausa yang tidak menduduki fungsi S, P, O dan Pel dapat diperkirakan menduduki fungsi KET. Berbeda dengan O dan Pel yang selalu terletak di belakang P, dalam suatu klausa Ket pada umumnya mempunyai letak yang bebas, artinya dapat terletak di depan S-P, dapat terletak di antara S dan P, dan dapat juga terletak di belakang sekali. Hanya tidak boleh terletak di antara P dan O dan di antara P dan pel boleh dikatakan selalu menduduki tempat langsung di belakang P, setidaknya mempunyai kecenderungan demikian.
Contoh: Akibat taufan desa-desa itu musnah, yang menduduki fungsi ket ialah unsur akibat taufan yang terletak di depan S-P. Unsur ket itu dapat dipindahkan ke antara S dan P dan dapat juga dipindahkan ke belakang S-P, menjadi
Desa-desa itu akibat taufan musnah.
Desa-desa itu musnah akibat taufan.
b. Penggolongan kata berdasarkan Kategori kata atau frase yang menduduki fungsi P, dibagi menjadi 4 golongan:
1). Klausa Nominal, klausa yang P –nya terdiri dari kata atau frase golongan N. Contoh: yang dibeli orang itu sepeda
2). Klausa Verba, klausa P-nya terdiri dari kata atau frase golongan V
Contoh: petani mengerjakan sawahnya dengan tekun. Pada tataran klausa verba mempunyai kecenderungan menduduki fungsi P. Misalnya kata-kata mengerjakan, memeriksa, subur, dan panas. Kata verba digolongkan menjadi
-Klausa verba yang ajektif
Klausa ini P-nya terdiri dari kata golongan verba yang termasuk golongan kata sifat, atau terdiri dari frase golongan verba yang unsur pusatnya berupa kata sifat.
Contoh: udaranya panas sekali
Anaknya pandai-pandai
-Klausa verba yang intransitif
Klausa ini P-nya terdiri dari kata verbal yang termasuk golongan kata kerja yang intransitif terdiri dari frase verbal yang pusatnya berupa kata kerja intransitif.
Contoh: burung-burung beterbangan di atas permukaan air laut.
Anak-anak sedang bermain-main di teras belakang.
-Klausa verbal yang aktif
Klausa ini P-nya terdiri dari frase verbal yang unsur pusatnya berupa kara kerja yang transitif.
Contoh: Arifin menghirup kopinya.
-Klausa verbal yang pasif
Klausa ini P-nya terdiri dari frase verbal yang unsur pusatnya berupa kata kerja pasif.
Contoh: Saya sesalkan keputusan itu.
Para wisatawan akan terpikat oleh keagungan alam.
-Klausa verbal yang refleksif
Klausa ini P-nya terdiri dari kata verbal yang termasuk golongan kata kerja refleksif, ialah kata kerja bentuk meN-diikuti diri.
Contoh: anak-anak itu menyembunyikan diri
-Klausa verbal yang resiprok
Klausa ini P-nya terdiri dari kata verbal yang termasuk golongan kata kerja resiprok, ialah kata kerja yang berbentuk saling meN, ber-an, dan (saling) meN
Contoh: mereka saling memukul
4. Frase
Frase adalah satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi.
Contoh: yang sedang membaca
akan pergi
dari contoh di atas dapat dikemukakan bahwa frase mempunyai dua sifat,yaitu
1). Frase merupakan satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih.
2). Frase merupakan satuan yang tidak melebihi batas fungsi, maksudnya frase itu selalu terdapat dalam satu fungsi, ialah dalam S, P, O, PEL dan KET.
Apabila frase itu terdiri dari dua kata, misalnya frase akan pergi, dengan mudah dapat di tentukan bahwa kedua kata itu merupakan unsurnya, tetapi apabila frase itu terdiri dari tiga kata atau lebih untuk dapat menentukan unsurnya harus diperhatikan adanya prinsip hirarki dalam bahasa.
Frase Endosentrik dan Eksosentrik
Frase endosentrik adalah frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya, baik semua unsurnya maupun salah satu dari unsurnya. Sedangkan frase eksosentrik ialah tidak mempunyai distribusi yang sama dengan semua unsur.
Contoh: dua orang mahasiswa sedang membaca buku baru di perpustakaan.
Frase eksosentrik ialah frase di perpustakaan. Frase tersebut tidak mempunyai distribusi yang sama dengan semua unsurnya. Ketidaksamaannya dapat dilihat di bawah ini:
dua orang mahasiswa sedang membaca buku baru di perpustakaan.
* dua orang mahasiswa sedang membaca buku baru di --
* dua orang mahasiswa sedang membaca buku baru – perpustakaan
Frase endosentrik dibedakan menjadi 3
1). Frase Endosentik yang Koordinatif, yaitu terdiri dari unsur-unsur yang setara. Kesetaraannya itu dibuktikan oleh kemungkinan unsur-unsur itu dihubungkan dengan kata penghubung dan atau atau, contoh
Rumah perkarangan
Pembangunan dan pembaharuan
2). Frase Endosentrik yang Atributif, yaitu frase golongan ini terdiri dari unsur-unsur yang tidak setara. Karena itu, unsur-unsurnya tidak mungkin dihubungkan dengan kata penghubung dan atau atau, contoh
Buku baru
Sedang belajar
3). Frase Endosentrik yang Apositif, contoh
Ahmad, anak Pak Sastro, sedang belajar
Ahmad - sedang belajar
- anak Pak Sastro sedang belajar
jadi unsur Pak Sastro dapat menggantikan unsur Ahmad.
-Frase Nominal, ialah frase yang memiliki frase distribusi yang sama dengan kata nominal. Persamaan distribusi itu dapat diketahui dengan contoh:
Ia membeli baju baru
Ia membeli baju
Frase baju baru dalam klausa di atas mempunyai distribusi yang sama dengan kata baju. Kata baju termasuk kata nominal, karena itu frase baju baru termasuk golongan frase nominal.
-Frase Verbal, ialah frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan golongan verba. contoh
dua orang mahasiswa sedang membaca buku baru di perpustakaan.
dua orang mahasiswa - membaca buku baru di perpustakaan.
Frase sedang membaca dalam klausa di atas mempunyai distribusi yang sama dengan kata membaca. Kata membaca termasuk golongan verba, karena itu frase sedang membaca juga termasuk golongan verba.
Manfaat
Buku ini sangat bermanfaat bagi mahasiswa terutama yang belajar bahasa indonesia dimana di dalam buku ini dijelaskan pembentukan kata yang berupa S, P, O, Ket dan Pel. Jadi kita bisa mengetahuinya dari mana datangnya pola atau pembentukan kata tersebut.
Kritik
Buku pembahasan sintaksis ini suduh cukup bagus, dimana di dalam buku ini sudah dijelaskan dan disertai contoh-contohnya tetapi akan lebih bagus dengan adanya diagram sehingga pembaca akan lebih mudah untuk memahaminya.
Komentar saya
Pada buku pembahasan sintaksis sudah cukup bagus dimana di dalam buku ini sudah dijelaskan dengan rinci dan disertai contoh-contohnya tetapi di dalam buku ini ia tidak menggunakan diagram, dengan adanya diagram maka para pembaca akan lebih mudah untuk memahaminya. Buku pembanding yang saya gunakan dalam laporan bacaan ini adalah buku pengajaran sintaksis yang pengarangnya Prof. DR. Henry Guntur Tarigan yang diterbitkan oleh Angkasa Bandung, dimana di dalam buku ini penjelasannya lebih bagus dan disertai contoh-contonya dan adanya diagram sehingga mudah untuk di mengerti oleh pembacanya.